Sabtu, 28 April 2012

Coret-Coret Seragam, Luapan Emosi yang Salah

Medan, Psikologi Zone – Usai mengikuti Ujian Nasional (UN), banyak siswa yang justru meluapkan kegembiraan mereka dengan mencoret-coret seragam sekolah. Aksi ini sungguh disesalkan berbagai pihak karena meluapan emosi dengan cara yang salah.
“Aksi coret-coret itu didasari keinginan mereka mencoba dan merasakan bagaimana meluapkan kegembiraan usai melaksanakan UN. Sayangnya cara yang mereka ketahui itu adalah dengan mencoret-coret seragam mereka,” ucap Prof Dr Abdul Munir MPd, Dekan Psikologi Universitas Medan Area (UMA), Minggu (22/4).
Usia remaja merupakan masa transisi, banyak perilaku mereka didasari oleh rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru. Aksi coret-coret seragam sekolah bisa menjadi model bagi siswa lainnya, sehingga menjadi sebuah tren di kalangan mereka.
Menurutnya, peran media juga ikut menyebabkan aksi coret-coret di kalangan remaja ini terjadi. Ia berharap media memberitakan kegiatan siswa yang lebih positif, misalnya dengan pengumpulan seragam untuk disumbangkan, doa bersama atau kegiatan positif lain.
“Jadi, dengan media memberitakan kegiatan-kegiatan positif itu akan menjadi sajian informasi baru bagi si pelajar, kalau memang usai melaksanakan UN tidak hanya dapat diluapkan melalui coret-coret tetapi ada kegiatan positif yang bisa dilakukan oleh para siswa,” paparnya.
Bukan hanya peran media, pihak sekolah juga perlu untuk berpartisipasi dalam mencegah aksi coret-coret. Sosialisasi seharusnya dilakukan sebelum masa UN berakhir, pihak sekolah bisa membuat anjuran atau usulan kegiatan positif saat UN berakhir.
“Sekolah harus aktif melakukan anjuran-anjuran kepada siswanya sebelum ujian berakhir, sehingga paling tidak dengan anjuran itu akan membuka pemikiran bagi siswa untuk melakukan hal positif bukan aksi coret-coretan seperti yang selama ini terjadi, “ujarnya lagi.
Prof Munir tidak setuju bila harus diberikan sanksi kepada siswa yang ikut dalam aksi coret-caret seragam. Ia menilai sanksi yang diberikan tidak dapat digunakan sebagai jaminan untuk menyelesaikan fenomena ini. Sanksi atau hukuman hanya akan menimbulkan perlawanan yang berujung tindakan anarkis.
“Pendekatan persuasif, baik itu melalui pemberitaan oleh media, anjuran-anjuran dari sekolah dan keluargasetidaknya mampu mengurangi aksi coret-coret seragam sekolah,” tuturnya.(bs/mba)

sumber: http://www.psikologizone.com/coret-coret-seragam-luapan-emosi-yang-salah/065116321

review: 
Acara coret-coret baju setelah UN adalah meluapkan kelegaan karena mereka telah menyelesaikan UN dan berpikir seragam yang dicoret-coret dapat kita kenang. Kenangan masa-masa SMA/SMP yang sedih maupun bahagia dilakukan bersama-sama, mereka meluapkan dengan coret-coret plus tanda tangan dari temannya.Namun dari kalangan lain menilai hal ini tidak perlu dilakukan. Daripada dicoret-coret lebih baik disumbangkan kepada anak yang kurang mampu.
Pandangan seseorang itu pasti berbeda-beda jadi tergantung kita menganggapnya coret-coret tindakan yang tidak perlu, atau tindakan yang akan kita kenag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar