Sabtu, 21 April 2012

Hilangnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Parpol


Analisis
Hasil survei yang dilakukan Centre for strategic and International Studies (CSIS) menyatakan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik saat ini sangat rendah ,hanya 22,4 persen responden menilai partai politik memiliki kinerja yang baik, sisanya menilai sebaliknya. Dukungan terhadap partai politik turun dibandingkan dengan pemilu 2009. hal tersebut dikarenakan saat ini partai politik bukanlah institusi yang menjadi saluran buat aspirasi publik ke pemerintah, tetapi partai politik lebih menjadi alat buat elit-elit politik untuk mencapai kekuasaaan dan menguasai sumber daya alam yang ada. Survei ini dilakukan secara acak bertingkat pada 16 hingga 24 Januari 2012 terhadap 2117 responden di 33 provinsi.
Hasil survei CSIS juga menunjukan, saat ini masyarakat menilai kinerja pemerintahan di tiga bidang yang menjadi perhatian publik yaitu penegakan hukum, pengentasan dari kemiskinan dan pemberantasan korupsi sangat lemah. Yang kita temukan justru semua orang yang tidak mendukung partainya di tahun 2009, hari ini menjadi orang-orang yang tidak punya pilihan. Sebenarnya didalam sistem demokrasi itu partai punya tugas dua arah, pertama, dia menjadi corong untuk mensosialisasikan keputusan-keputusan dari atas ke bawah, kemudian di sisi lain dia juga menjadi saluran aspirasi dari bawah untuk disampaikan kepada pemerintah maupun elit-elit. Saya kira itu fungsi sentral dari partai. Hari ini dua-dua fungsi ini tidak berjalan. Mereka betul-betul hanya dijadikan alat untuk mencapai kekuasaaan.

Fakta Bahwa Masyarakat Lebih Memilih Golput
Prediksi pemilu 2014, hasil survei CSIS menyatakan bahwa akan semakin banyak pemilih golongan putih (golput) karena tak percaya pada partai politik. Masyarakat lebih memilih golput karena rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dikhawatirkan akan menimbulkan potensi instabilitas sosial politik yang ada. Sikap anti masyarakat terhadap Parpol merupakan wujud publik masih bersikap kritis dan mekanisme kontrol masyarakat masih berjalan. Sikap itu juga sebuah kemajuan untuk melihat dan mengoreksi Parpol. Kekuasaan itu bukan blanko kosong, sebetulnya kontrol masyarakat itu bukan hanya ada di balik pemilihan tetapi justru sesudah pemilihan. Justru pemilih harus terus mencurigai penguasa dengan kekuasaannya apakah masih sesuai janji- janjinya saat kampanye, atau sudah melenceng. Memburuknya penilaian pu blik terhadap Parpol tak lepas dari perilaku elite Parpol sen­diri. Jika kepercayaan pada parpol semakin luntur, maka akan merusak sistem demokrasi di Indonesia.
Kalau misalnya dari 67 juta orang itu pemilih baru, golputnya 50 persen, kita bisa hitung bahwa setengahnya golput lebih banyak. Dalam perspektif demokrasi, ini menjadi hal yang perlu dipertanyakan. Bagaimana kita mau memperkuat demokrasi, kalau orang yang punya hak politik tidak mau menggunakan haknya itu dengan sungguh-sungguh. Sebuah negara tak bisa hidup tanpa partai politik. Oleh karena itu, parpol harus membenahi diri dan programnya sehingga memunculkan kembali kepercayaan rakyat. Penguatan parpol ini sangat penting karena parpol adalah pilar demokrasi. Menurut saya, tidak ada sistem demokrasi yang betul-betul efektif jika tidak menggunakan parpol. Kompleksitas permasalahan negeri kita begitu besar dan hanya akan bisa diatasi secara politik melalui perwakilan, dan perwakilan itu parpol. Parpol harus membuat masyarakat tertarik lagi. Kalau parpol tidak dipercaya lagi, harus ditanyakan buat apa parpol didirikan. Menurut saya parpol itu sebuah sarana, tak peduli siapa yang duduk didalamnya, yang penting integritas dari moralitas parpol itu sendiri. Kecendurungan partai politik justru sebagai tempat untuk mencari “MAKAN” yang kemudian memicu fenomena politik uang di tengah biaya politik yang tinggi. Kalau masyarakat sudah apatis, itu sudah berbahaya. Nanti masyarakat ini bisa frustrasi, ga percaya lagi sama sistem. Tidak mau berpartisipasi. Bahkan suatu saat kalau ditambah dengan kondisi lain seperti kondisi ekonomi, bisa bentuk-bentuknya berupa ekspresi dalam bentuk kekerasan kolektif bisa sampai kesana. Partisipasi masyarakat termasuk juga dalam penyelenggaraan pemilu.

sumber: http://politik.kompasiana.com/2012/03/20/hilangnya-kepercayaan-masyarakat-terhadap-parpol/

review: 
Partai Politik yang jumlahnya dangat banyak di Indonesia membingungkan para pemilih. Apalagi mereka juga mengumbar janji-janji yang membuat orang seseorang makin tertarik. Namun belakangan ini, janji-janji yang diberikan pada masyarakat hanya harapan palsu belaka. Para petinggi parpol banyak yang terjerat kasus korupsi serta masalah masalah yang lain. Keadaan negara pun tidak berubah jauh, bahkan sekarang sistem pemerintahan Indonesia cenderung pasif menurut pandangan saya. Hal ini mendorong adanya GOLPUT pada setiap pemilu, banyak dari mereka yang tidak ikut menyumbangkan suara mereka. Pada UUD pun kita sebagai warga negara harus memilih calon pemimpin. Kita tidak boleh menjadi warga negara yang pasif,  berpartisipasi dalam PEMILU. Walaupun Parpol yang kita pilih nanti itu ternyata membuat kesalahan, namun setidaknya kita dapat menyalurkan aspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar