Rabu, 19 Oktober 2011

Seluruh Jembatan Tua Harus Segera Diaudit

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum diharapkan segera mengaudit seluruh jembatan yang ada di Indonesia, khususnya yang berusia di atas 10 tahun. Hal itu bertujuan agar peristiwa runtuhnya jembatan di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, tidak terulang. Sabtu (26/11), Jembatan Tenggarong yang melintang di atas Sungai Mahakam, tiba-tiba saja runtuh. Akibatnya, kendaraan umum maupun pribadi yang tengah melintas di jembatan itu, tercebur ke sungai.

Sampai dengan Sabtu malam, jumlah korban tewas akibat runtuhnya jembatan itu mencapai empat orang sedangkan puluhan lainnya luka-luka. "Saya minta Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan audit," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono seperti dikutip Antara.

Di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang segera memerintahkan agar dilakukan investigasi penyebab runtuhnya jembatan tersebut. "Bapak Presiden menyampaikan belasungkawa yang dalam kepada keluarga korban, dan selanjutnya juga tindakan investigasi akan segera dilakukan untuk mengetahui penyebab ataupun hal-hal yang mengakibatkan runtuhnya jembatan tersebut," kata Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, pada keterangan pers di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu.

Presiden, kata Sudi, mendengar kabar runtuhnya jembatan itu hanya setengah jam sejak peristiwa terjadi. Dia mendapat kabar itu dari Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek. Peristiwa runtuhnya jembatan itu terjadi pada pukul 17.30 WITA atau 16.30 WIB. Laporan peristiwa ini terjadi sekitar dua jam menjelang resepsi pernikahan putra Presiden, Edhie Baskoro Yudhoyono.

Usai menerima laporan itu, Sudi mengatakan Presiden kemudian menggelar rapat di holding room JCC, serta memanggil Menko Kesra Agung Laksono dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Keduanya kemudian diperintahkan berangkat ke Samarinda untuk meninjau lokasi. Sudi mengatakan, jika hasil inves tigasi menemukan ada unsur kelalai an pembangunan jembatan tersebut, maka harus diberikan sanksi.

"Kalau ada kelalaian, siapapun, apapun, dimanapun, kapanpun, kalau ada kelalaian, pasti yang lalai akan mendapat sanksi," kata dia.

Kurang Perawatan

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menduga penyebab ambruknya jembatan sepanjang 710 meter itu, lantaran kurang atau lalai dirawat. "Melihat apa yang terjadi, kami menduga untuk sementara, perawatan jembatan itu tak sesuai prosedur, terutama terhadap pilar-pilar penghubung jembatan. Apa yang saya lihat di TV swasta nasional, fondasinya kan masih utuh," kata Dirjen Bina Marga Kementerian PU, Djoko Murjanto.

Jembatan di atas Sungai Mahakam ini memiliki bentang bebas atau area yang tergantung tanpa penyangga sekitar 270 meter dari total panjang jembatan sekitar 710 meter. Djoko melanjutkan, sesuai desain awal, mestinya jembatan sekaliber itu, dibuat untuk usia 40 tahun, bahkan hingga 100 tahun. "Jembatan itu masih relatif muda karena dibuat fondasinya sejak 2000 dan selesai 2001," katanya.

Namun, tegasnya, kepastian penyebab runtuhnya yang disebut-sebut mirip dengan Jembatan Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat ini, akan diperoleh setelah investigasi dan evaluasi menyeluruh selesai dilakukan. "Tim survei akan segera dikirim dan sebagian sudah ada di sana," katanya.

Hal senada dikatakan Tavio, Kepala Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil, FTSP, ITS. Menurut dia, penyebab utama jembatan itu bisa runtuh karena selama ini di Indonesia belum adanya monitoring berkala. Monitoring sistem kesehatan struktur jembatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan menurunnya kualitas beton dan baja yang digunakan. Kualitas beton dan baja menurun bisa dipengaruhi oleh udara dan air.

Secara kasat mata kualitas beton menurun ditandai dengan adanya pelapukan, sedangkan mutu baja menurun ditandai adanya korosi. Adapun penyebab lain jembatan itu runtuh karena overload, kemungkinannya sangat kecil. "Untuk membuktikan semua itu perlu diadakan investigasi," kata Tavio.

Tavio menambahkan, sekarang ini sumber daya manusia Indonesia memang sudah mampu mendesain jembatan, tapi lemah dalam perawatan. Padahal perawatan itu sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan. "Memang perawatan jembatan itu butuh biaya besar. Tapi biaya yang dikeluarkan akan lebih sedikit ketimbang memperbaiki jembatan yang telah rusak. Ongkos memperbaiki jembatan yang rusak itu sama dengan membangun jembatan baru," kata Tavio. ito/cit/mam/awm/Ant/AR-4

sumber : koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/77061

Tidak ada komentar:

Posting Komentar